Minggu, 18 Desember 2011

Pergeseran Tren

Semakin hari dunia anak muda semakin gak karuan, pergeseran tren memang semakin membuat kekhawatiran. Coba lihat kehidupan anak muda zaman sekarang, ngedrag, kebut-kebutan di jalan, seks bebas, bahkan dalam rapat Koordinasi Kecamatan yang saya Ikuti beberapa waktu lalu, Aparat pemerintah mengungkapkan fakta yang membikin saya mengelus dada. Apakah separah ini kehidupan anak muda zaman sekarang, bagaimana tidak di beberapa titik bangunan-bangunan kosong banyak di temukan kondom-kondom bekas yang berceceran. belum lagi bekas minuman keras.

beginilah potret remaja sekarang..

Semoga Masih Ada Remaja Yang Berfikiran Positif untuk masa depan Indonesia dan dirinya Sendiri... MAJU TERUS PERSILATAN INDONESIA...
BENTUK REMAJA YANG TANGGUH SEBAGAI CIRI KEPRIBADIAN TRADISONAL INDONESIA....
SEMOGA ALLAH MENJAGA REMAJA-REMAJA KITA DARI PENGARUH NEGATIF PERGAULAN BEBAS.
AMIN...

Jumat, 20 Mei 2011

Dewi Yanti Kosasih,mantan pesilat putri Jawa Barat.

UNTUK ukuran atlet, tubuh Dewi terbilang mungil. Tingginya hanya 154 cm. Jika berhadapan dengan lawan yang bertubuh tinggi besar, tendangan yang masuk ke tubuhnya sangat berarti. Patah tulang di sekujur tubuhnya tak pernah menjadi alasan Dewi menghentikan langkah. Jika sekadar jempol patah atau kaki bonyok, Dewi pantang berhenti bertarung. Kalaupun berhenti biasanya karena pertandingan dihentikan wasit .

Biar lawan jauh lebih besar, badan sakit-sakit kena tendang, masa bodoh! Saya harus menang. Pulang harus bawa medali, Begitu selalu tekad Dewi Yanti Kosasih (40), mantan pesilat putri Jawa Barat.

Pada masa jayanya, ia sering mengharumkan dunia persilatan Jawa Barat hingga ke tingkat dunia. Medali yang pernah dibawanya pulang antara lain dari Kejuaraan Dunia Kuala lumpur 1989, Kejuaraan Dunia Belanda 1991, SEA Games Singapura 1993, dan Thailand Open 1992. Belum masuk hitungan puluhan medali yang disambarnya di arena PON (Pekan Olahraga Nasional) atau Porda (Pekan Olahraga Daerah).

Dia tuh memang obsesif. Kalau belum dapet sesuai target, belum berhenti, tambah suaminya, Dani Wisnu (42), juga pesilat tingkat dunia yang kini menjadi pelatih di pelatnas sebagai persiapan Indonesia Bangkit 2005

Perempuan tomboy yang suka berbicara ceplas-ceplos ini mengaku karena obsesifnya mengejar target itulah ia bisa menjadi pesilat tangguh. Saya baru mengenal silat ketika usia 20 tahun. Sayalah yang tertua di antara teman-teman seangkatan di Perguruan Tajimalela. Tetapi saya bertekad, harus bisa menjadi juara seperti senior-senior saya, ceritanya.

Tak ada kata terlambat bagi Dewi. Pada usia 21 tahun, saat teman-teman sebayanya sudah merasakan pertarungan yang sesungguhnya di berbagai even, Dewi baru menapakkan kakinya.

Keinginannya berprestasi terpengaruh dari kegemarannya membaca buku biografi orang-orang terkenal. Semula ia sendiri tak tahu harus berprestasi di bidang apa. Sampai suatu ketika Dewi yang juga aktivis masjid di dekat rumah orang tuanya dahulu, wilayah Sekelimus Bandung, berjalan melintasi perguruan silat Tajimalela. Tak banyak berpikir, Dewi menghentikan langkahnya dan langsung mendaftarkan diri. Semula ayahnya, Achmad Kosasih, mantan penjaga gawang Persib menentang keinginan putrinya masuk perguruan silat.

Ayah takut, saya terbawa pergaulan tidak benar. Beliau bilang itu sih tempatnya ‘jawara wungkul’. Masa itu silat memang identik dengan kalangan masyarakat bawah, ujar Dewi.

Tetapi Dewi tidak terseret arus. Seiring berjalannya waktu silat bahkan membuktikan bisa mengharumkan Indonesia di mata dunia. Dewi pun bertekad ambisi dan obsesinya tidak boleh sebatas benak alias hanya angan-angan. Semua harus diiringi tindakan nyata. Saat pertama masuk perguruan silat Tajimalela, ia langsung menetapkan target demi target. Mula-mula saya incar seorang pesilat putri, saya harus menang melawan dia. Begitulah seterusnya. Setiap saya mengincar seorang calon lawan, saya selalu memiliki target untuk menang. Untuk dapat menang saya tidak dapat bersantai-santai. Saya latihan lebih keras dari yang lainnya, ceritanya.

Jika pesilat lainnya berlatih hanya seminggu 2 atau 3 kali, Dewi mendisiplinkan dirinya untuk berlatih setiap hari! Paling siang saya pulang ke rumah jam 8 malam, seringnya jam 11 malam, imbuhnya. Ia tidak hanya berkutat di unit latihan (unlat)-nya sendiri. Ia juga rajin jalan-jalan dan mencoba berbagai unlat-unlat lainnya.

Selain itu ia juga mendapat genjotan fisik dari ayahnya. Setelah tahu saya tak main-main di dunia silat, ayah saya mendukung bahkan melatih fisik saya.

Kendati telah mempersiapkan diri sebaik mungkin, jalan tak selalu mulus di hadapannya. Dewi baru bisa tembus mewakili Indonesia ke arena SEA Games pada tahun 1993 setelah sebelumnya tiga kali gagal menembus arena bergengsi ini. Untuk berbagai prestasinya Dewi dianugerahi Presiden Soeharto penghargaan berupa Parama Krida Pratama, penghargaan pemerintahan bagi warga negara berprestasi.

Sayang, masa keemasan bangsa Indonesia di dunia silat saat ini mulai suram. Ketika Dewi dan Dani masih malang melintang di dunia silat, dunia persilatan Indonesia dengan kokoh bertengger di puncak kejayaannya. Indonesia selalu nomor satu. Kini posisi Indonesia menjadi yang ketiga setelah Vietnam dan Malaysia.

Menurut Dewi dan Dani, kemerosotan prestasi ini lebih kepada soal mentalitas anak bangsa. Saat ini Dani mengaku sulit menemukan bibit pesilat yang berkarakter.

Gaya hidup remaja sekarang juga sangat berpengaruh pada prestasi silat kita. Anak-anak sekarang kalau disuruh berlatih silat, ya hanya sesuai jadwal pengurus saja. Di luar itu mereka tak mau mencari tambahan, tambah Dewi.

Diakui Dewi, saat masih menjadi atlet ia juga merasakan masa-masa manisnya remaja berpacaran. Saya pacaran dengan Dani, dan banyak lagi pesilat pacaran dengan pesilat. Tetapi itu tak memengaruhi prestasi kami. Saatnya serius, kami serius, cerita Dewi.

Mungkin soal fasilitas juga ada pengaruhnya. Dibandingkan Vietnam yang kini membina 50.000 atlet silat secara serius dengan dana yang luar biasa, kita Indonesia sulit menandinginya. Jelas Dani yang juga pengurus Pengda IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) Jawa Barat.

Soal fasilitas, menurut Dewi, jauh lebih baik pesilat sekarang. Dulu kami prihatin sekali. Sampai-sampai mau bertanding saja kita hanya mampu makan kangkung dan ikan asin. Padahal sebagai atlet kita memerlukan nutrisi yang baik, kenang Dewi.

Sebagai cabang olah raga yang berakar asli Indonesia, silat memang tak mungkin menunggu uluran tangan negara induk olah raga, seperti Taekwondo yang di-support oleh Korea atau Karate dan Kendo oleh negara asalnya Jepang.

Tetapi cabang silat kini juga lumayan terbantu dengan masuknya Pak Rachmat Gobel dari Panasonic sebagai salah seorang pengurus IPSI. Saya berharap pemerintah juga mau bahu- membahu memajukan kembali olah raga ini, harap Dani.

**

SECARA pribadi, silat juga sudah membuahkan hasil yang manis bagi keluarga pesilat ini. Yang jelas, dapet jodoh juga dari silat he..he..he, kata Dewi.

Dani adalah seniornya di Tajimalela. Dia itu dulu uwak guru. Yang jadi guru saya sebenarnya adiknya Kang Dani, kenang Dewi.

Baik Dani dan Dewi memperoleh pekerjaannya di pemerintahan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung ini karena prestasi mereka juga. Anak sulung mereka, Ahmad Yusuf Ferdian, menjadi mahasiswa UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Jurusan Pelatihan karena prestasinya di dunia silat juga. Pada Porda 2003 di Indramayu, Yusuf berhasil menggaet medali perak untuk Kabupaten Bandung. Lucunya, saat itu Yusuf harus bersaing dengan ibunya yang mewakili Kota Bandung dalam memperebutkan medali bagi perwakilan kota masing-masing. Saat itu Dewi masih mampu menggaet medali emas.

Karena sama-sama pesilat, pasangan ini selalu nyambung. Untuk bertanding membela negara, kita juga sering pergi bareng ke luar negeri. Tapi penginapan sih masing-masing sesuai aturan untuk atlet putra dan putri lo, kata Dewi.

Walaupun tahun ini ia mulai pensiun sebagai atlet, bukan berarti Dewi meninggalkan dunia yang telah dikecap asam manisnya ini. Di rumahnya yang berhalaman luas, ia mendirikan unlat silat untuk regenerasi pesilat-pesilat Indonesia. Tercatat 30 anak dan remaja di bawah bimbingannya, termasuk anak bungsunya Hanifan Yudani Kusumah , yang baru duduk di bangku kelas 1 SD.

Kami tak pernah menyuruh anak untuk mengikuti jejak saya dan ayahnya. Mungkin karena lingkungannya silat semua, ia jadi sangat tertarik, kata Dewi

Sebagai balas budi pada dunia yang telah membesarkannya, Dewi berobsesi ingin menjadi pelatih silat yang bagus. Namun kesempatan itu belum ada, katanya. Maksudnya, kesempatan melatih dalam skala lebih besar selain di unlat.***

Uci Anwar
www.pikiran-rakyat.com

www.silatindonesia.com

STOP ROKOK

Nasehat Pesilat Ketika Anaknya Hendak Belajar Silat Pada Orang Lain.

Nasehat Pesilat Ketika Anaknya Hendak Belajar Silat Pada Orang Lain

Nasehat Pesilat Ketika Anaknya Hendak Belajar Silat Pada Orang Lain
hanya ini yg bisa kubagi

Nak, jika engkau hendak berguru silat pada seseorang hendaknya kau cam ini ;

Jika kau telah hendak datang kepadanya.

Berarti setidaknya kau telah mempercayainya, jagalah kepercayaan itu

Jika kau telah sampai tempatnya

Berarti kau sudah telah ada niat untuk belajar

Maka rendahkanlah dirimu di hadapannya karena kau datang untuk menjadi muridnya

Jika pada waktunya sampai kau belajar dan menerima pelajarannya

Namun kau pernah tahu dan lihat, anggaplah itu latihan mengingat apa yang telah kau ingat. Jangan menganggap dirimu telah hebat, tetaplah hormat padanya

Jika belum, janganlah kau anggap remeh, karena kadang hal remeh dapat mencelakakan seperti halnya kebocoran kecil pada kapal besar

Tetaplah jujur pada dirimu

Andaikan yang kau jadikan guru bertubuh kecil dan telah berumur lanjut maka tetap hormatlah padanya tanpa harus melihat hal itu.

Begitu juga jika gurumu bertubuh tinggi besar dan tegap dan berumur tak jauh darimu tetaplah hormat layaknya murid

Berpikirlah baik dan ambil pengandaian yang setara dalam benakmu

Andai saja kau merasa lebih kuat dan tubuhmu lebih besar daripadanya namun ia mahir dalam berjurus, maka lihatlah dan rasakan pada dirimu dan teruslah berpikir, ” jurus orang yang lebih kecil ini mampu menahan yang lebih besar, bagaimana jika aku yang besar menguasainya?”

Jikalau ia telah tua dan berumur maka berpikirlah,”setua ini masih begitu bagus dan mampu mahir dalam berjurus apalagi saat muda dulu?” dan berpikirlah,” sanggupkah dirimu sepertinya saat setua itu?”

Kalaupun gurumu itu muda, kuat dan berbadan tegap melebihimu maka tetaplah berbaik pikir dan sangka, dan tetapkan dalam hatimu,”aku harus sekuat dan semahir dia jika belajar ini nanti”

Pada saatnya nanti kau akan temui hal yang baru yang belum pernah kau alami dan terasa asing

Tanyakanlah dengan niatan tulus bertanya dengan tidak menghakimi

Banyak hal berbentuk perlambang yang akan kau temui sebagai bentuk kesantunan dan tata krama adab timur maka datanglah sebagai orang yang mencoba mafhum dan memahaminya

Andai gurumu meminta sebutir telur sebagai syarat menjadi murid, pahamilah bahwa kau datang sebagai “telur’ yang harus dierami hingga tumbuh menjadi ayam yang memerlukan induk. Jika makna simbolis ini tak juga kau pahami, anggaplah telur itu untuk lauk teman makan gurumu yang dapat memberi protein sebagai asupan gizi di sarapan paginya.

Bisa jadi kau akan temui guru yang mensyaratkanmu membawa pisau tumpul atau mungkin juga meminta pisau yang tajam. Maka pahamilah bahwa kau datang memang “tumpul” dalam keilmuan yang belum kau pelajari darinya, ikhlaslah kau di”asah” olehnya. Namun jika meminta pisau tajam, maka itu berarti pemberian pisau tajam itu bermaksud memotong ke“aku”an dan kesombonganmu, ikhlas kau jika ditegur dan dinasehatinya. Namun jika kau tak juga mau mengerti kedua hal ini, tetaplah berbaik sangka. Mungkin gurumu memang memerlukan pisau entah untuk dapur atau keperluan lainnya. Tak susah memberikan sepotong pisau padanya bukan?

Atau ada syarat yang meminta garam dan cabai merah, itu memiliki makna bahwa kau jika belajar di silat harus hingga te “rasa” dan jangan kepalang tanggung. Jika harus asin maka haruslah seperti garam di laut atau jika pedas maka harus bagaikan cabai merah. Tapi jika dalam benakmu ada perasaan “menolak” meski secuil karena urusan rasional maka berpikirlah, guru hanya meminta cabai dan garam… mungkin ia memerlukannya. Penuhilah karena hal itu mudah….

Jika ia meminta syarat kembang tujuh rupa dan kau harus dimandikan saat malam selesai berlatih dan pemahamanmu tak sampai hingga masalah energi dan hubungan antara kembang-kembang dalam air itu untuk apa, maka anggaplah itu agar kau segar dan tak lagi berbau keringat setelah selesai belajar silat dan tetaplah berpikir jernih mungkin jaman guru dari guruku dulu belum ada sabun. Dan anggaplah itu sabun alami yang baik ketimbang yang terbuat dari bahan kimia.

Jika ada permintaan selembar kain untuknya maka pahamilah bahwa memang seharusnya murid memberikan kebutuhan pakaian sang guru, jika kau berlebih belikanlah pakaian yang terbaik untuk gurumu.

Jika kau dapati ia meminta beras secupak atau setanggang… pahamilah bahwa memang sepantasnya dan seharusnyalah murid dalam menuntut ilmu tak boleh mengganggu kebutuhan dapur sang guru, maka penuhilah kebutuhan hariannya jika kau sanggup. Jangan meremehkan permintaannya yang hanya meminta beras secupak apalagi menertawakannya dengan menganggap betapa “murah”nya belajar padanya, tidak nak… ilmu silat itu sangat berarti dan tak ternilai, ketika kau memberi gurumu beras yang sedikit itu dengan merendahkan dan menertawakannya berarti hargamu dan pemahamanmu hanya sampai beras secupak itulah, maka janganlah kau persempit pemikiranmu hanya sampai di sana.

Jika ia bilang padamu bahwa tak ada bayaran atau bayar seikhlasnya dalam belajar silat, maka pahamilah bahwa silat memang tak sepadan dengan nilai uang maka berikanlah yang terbaik. Jika ia meminta seikhlasnya, janganlah kau anggap bahwa hanya sepeser dua peser uangmulah yang cukup untuknya. Namun ia meminta muridnya senang hati membantu gurunya. Maka berpikirlah kau dalam posisinya, manakah yang akan membuatmu ikhlas sebagai guru jika menerima lima puluh ribu atau lima juta? Tentunya kita akan sangat ikhlas menerima rejeki yang lebih besar. Maka ukurlah keikhlasanmu itu juga dengan keikhlasan menerima gurumu. Jika tak mampu memberi besar maka memberikanlah yang cukup. Jika kau tak mampu juga dengan materi, bantulah dengan tenagamu, pikiranmu dan pengabdianmu.

Jika kau dapati acara kecer, peureuh atau teteskan mata dengan air sirih maka berpikirlah bahwa memang diperlukan membersihkan matamu saat telah belajar silat jika kau tak mampu memahami hingga ke hal tersebut. Anggap itu sebagai perhatian gurumu pada muridnya

Bilamana kau temui bahwa selesai belajar jurus gurumu mengurut / memijat tangan murid satu persatu dan seringkali dianggap sebagai “menurunkan elmu” maka jika kau tak mau berpikir demikian, tetaplah berpikir baik, itu mungkin salah satu kebaikan seorang guru untuk menghilangkan efek latihan seperti cidera atau pegal atau apalah yang ada di tangan muridnya, ia mau mengurut atau memijatnya. Dan jangan beranggapan dengan diurut kau bisa semua ilmu yang ada di gurumu dan tahu segalanya, karena dalam silat hanya mengenal yang terus belajar dan mengasah serta mengertilah yang akan tajam keilmuannya.

Jika ada yang bertentangan dengan apa yang kau tahu, janganlah lantas kau mencerca dan mencacinya di belakang. Akan tetapi tetaplah lihat dalam sisi baiknya. Kalau saja gurumu dalam pengetahuan agama Islam kurang dan menganggap bahwa ayat dan bacaan dalam menghalau ini itu, atau dengan “hanya” bismillaah dia dapat tak mempan dibacok. Janganlah lantas kau hakimi dia, renungkanlah bahwa dengan bismillaahnya orang yang berpengetahuan agama sedikit dibandingmu, kenapa mampu membukakan pintu langit hingga Allah melindunginya dari senjata tajam yang mengenai kulitnya? Terlepas dari bantuan jin atau apa, ini tetap adalah kebaikan Allah yang rahman pada mahluk-Nya. Belajarlah tentang apa yang menjadi keikhlasannya hingga mampu mengetuk pintu langit. Jika masih juga pikiranmu tak menerima hal ini, maka anggaplah…. Sungguh Maha Kuasa dan Maha Penyayang Allah pada mahluk-Nya, hingga semua yang tak mampu akal terima bisa kau lihat.

Agama kita tak pernah melarang menimba ilmu pada siapapun untuk kebaikan, meski yang akan kau pelajari membuat panah sekalipun atau pedang yang dalam benak setiap orang itu adalah alat untuk membunuh. Namun tidak demikian dalam hidup ini, nak. Panah mungkin untuk bisa untuk membunuh, namun banyak orang di hutan belantara sana yang memanah untuk kebutuhan makan yang akan menghidupi keluarganya yg jika mereka hidup dapat menjalankan kewajiban untuk Tuhannya. Pedang tak selamanya alat bunuh, kini banyak kau lihat itu sebagai alat perlambang status atau sekedar pajangan… Jika kau murid yang baik dan lebih berpengetahuan agama lebih baik dari guru silatmu, perlihatkanlah segala kebaikan yang kau pelajari dari agama buatlah ia bangga kau jadi muridnya. Nantinya tak perlu kau ajari seseorang guru yang telah terpikat oleh kebaikanmu.

Jika gurumu berkata-kata, ingatlah. Jika ia memiliki kesalahan maafkanlah.

Jika ada terlihat jelek dan aib pada gurumu, jadikanlah pelajaran bahwa kau tak harus sepertinya, tetaplah ambil kebaikan yang ada padanya. Tinggalkanlah yang jelek. Karena meski keluar dari tempat yang sama, telur ayamlah yang diambil oleh kita untuk makan ketimbang yang lain.

Jika ia bergurau tetaplah anggap sebagai gurumu yang menggantikan orang tuamu mendidik. Jika kau senang bercanda, jadikan candamu untuk membuat gurumu tertawa dan terhibur, bukan menjadikan gurumu bahan tertawaanmu dan untuk menghibur orang lain

Jika saat bersedih, datang dan hibur meski kau tak memiliki apapun, kehadiran murid saat guru bersedih bagaikan orang tua yang bersedih namun didatangi anak-anaknya.

Jika ia memiliki kekurangan, cukupkanlah jika kau mampu dan tutupilah.

Tiap manusia memiliki kelebihan, pelajarilah kelebihannya itu. namun ia juga memiliki kekurangan maka tutupilah dengan daya dan upaya juga kelebihan yang kau miliki.

Dalam belajar jangan kau bawa apa yang kau miliki dan yang kau tahu, namun datanglah sebagai cawan yang kosong untuk dipenuhi oleh ilmu yg akan ia bagi. Jangan kau isikan cawanmu dulu, karena tak selamanya yang dicampur akan memiliki rasa baik.

Merendahlah di hadapan seorang gurumu nak, itu akan menaikkan derajatmu di mata orang lain. Namun jangan kau rendah diri saat kau hanya belajar silat di halaman rumah gurumu yang hanya sepetak atau hingga tak memiliki lahan, gurumu melatihmu di dapur. Bahagialah kau nak, memiliki guru yang rela memberi ‘ruang pribadi’ yang seharusnya tabu dimasuki orang lain namun boleh kau gunakan. Itu penghargaan guru terhadap murid, terimalah. Jadikan pelajaran bagimu bahwa banyak cara orang yang harus kau pahami dan hargai.

Sekalipun nantinya guru silatmu hanyalah seorang tukang becak, pedagang asongan, hansip, penjaga pintu kereta api atau seorang tukang sampah sekalipun, tetaplah belajar padanya tak perlu malu. Jangan kau melihat artian hidup ini hanya dari buku yang dibuat, namun belajarlah dari kehidupan. Filosofi silat itu nyata di depan matamu nak. Jangan kau merasa rendah diri dengan belajar pada mereka yang hanya memiliki pekerjaan yang menurutmu di bawahmu. Dan jangan pula hanya dengarkan makna dari artian filosofi bela diri yang dibuat orang dan bangsa lain yang telah tertata di dalam bukunya, hidup ini tertata bukan seperti urutan dalam buku namun tertata dalam keunikannya. Jangan pula menghakimi bahwa nilai filosofi sebuah pencak silat itu tak sedalam bela diri luar. Banggalah jadi bagian bangsa ini, jika kau nanti bertemu dengan kawanmu yang membanggakan guru besar bela diri asingnya seorang profesor yang merumuskan makna kehidupan dan harmonisasi kehidupan itu dengan bukunya. Tetaplah bangga dengan gurumu yang meski hanya seorang tukang becak atau pedagang asongan sekalipun, ia tetaplah gurumu, cam kan itu ! Biarkanlah ia selesai membanggakan makna dan artian filosofi bela dirinya, dengarkanlah dengan seksama. Lalu perhatikanlah. Katakanlah padanya, jika seorang profesor dan ahli bela diri lalu mengajarkan makna kehidupan dan harmonisasi kehidupan pada muridnya yang hanya mahasiswa atau pelajar itu bukanlah hal hebat sebenarnya, yang mencerminkan artian dari makna kehidupan. Memberi saat berlebih adalah wajar, namun memberi pada saat hanya memiliki satu-satunya yang kau miliki itu adalah luar biasa. Adalah hal biasa jika kau temui orang berpendidikan berkecukupan memberikan ilmunya kemudian dipatok dengan harga. Namun jika orang yang papa memberikan ilmu yang hanya dimiliki satu-satunya dan hanya dengan bayaran ke“ikhlas”anmu itu adalah luar biasa, begitu juga jika tukang becak atau pedagang asongan mengajarkan ilmu yang hanya satu-satunya ia miliki dan mau berbagi pada yang lebih kaya dari padanya, itulah yang luar biasa. Dan adalah suatu kebanggan luar biasa jika kau yang mahasiswa mau belajar pada orang yang tak memiliki latar belakang akademis dan gelar pendidikan formal, itulah kerendahan hati dan kemauan belajar yang sesungguhnya. Itulah makna filosofi yang terdalam…Nah, itulah yang akan kau temui dan miliki.

Nak, jika kau anak yang serius, maka buatlah gurumu kagum dengan keseriusanmu mengkaji ilmunya itu.

Nak, mungkin kau lelah dengan nasehat ini, tapi inilah yang akan kau hadapi jika ingin menjadi pesilat. Karena begitu gelar pesilat tersandang dibahumu, itu tak otomatis menjadikanmu apa yang sedang kau pelajari menjadi milikmu. Ilmu itu akan menjadi milikmu jika gurumu telah menganggapmu pantas menerimanya dan mengamanatkannya padamu untuk diajarkan lagi pada orang lain. Kau akan menjadi bagian dari suatu perguruan atau aliran silat jika kau telah mempelajarinya lama dan sungguh-sungguh, jangan mengganggapnya ilmu itu milikmu jika kau baru dapat hanya bagian permukaan, jangan kau menganggap itu milikmu jika kau belum berbakti padanya.

Nak, pesilat itu gelar gratis yang berat dan teramat berat jika disandang dipundakmu, jangan kau jadi pesilat kalau cuma sekadar ikut-ikutan. Jangan pula berharap jadi pesilat kalau kau cuma untuk ditakuti orang. Jadilah pesilat yang takut pada Tuhanmu, diterima semua orang, dihargai dan dihormati teman dan segani lawan.

Juga jangan berharap silatmulah yang menyelamatkan hidup dari bahaya, namun berpikirlah bahwa usaha belajarmu itulah yang membuahkan hasil hingga mengetuk pintu rahmat Allah yang dapat menyelamatkan diri dari bahaya. Allah-lah yang tetap menyelamatkanmu, nak. Tak perlu menjadi pesilat jika kau tak berpikir dan bertindak sebagaimana pesilat.

Nak, jika kau tak mampu mengerti dan pahami serta tak sanggup memenuhi apa yang dinasehatkan tadi, urungkanlah niatmu jadi pesilat. Datangilah calon guru silatmu itu dan mintalah maaf karena memang dirimulah yang tak sanggup memikul beban menjadi pesilat. Tetaplah berhubungan dengannya…..

hari telah larut nak, tidurlah….

Jakarta, 20 mei 2011

sumber: facebook Iwan Setiawan & Silatindonesia.com


MAKNA LAMBANG IPSI




Warna Kuning : berarti bahwa IPSI mengutamakan budi pekerti dan kesejahteraan lahir dan batin
dalam menuju kejayaan nusa dan bangsa

Bentuk Perisai Segi Lima : berarti bahwa IPSI berasaskan landasan idiil Pancasila, serta bertujuan
membentuk manusia Pancasila sejati

Sayap Garuda berwarna

Kuning berototkan merah : berarti kekuatan bangsa Indonesia yang bersendikan kemurnian, keluruhan dan
dinamika, Sayap 18 lembar, bulu 5 lembar + 4 lembar + 8 lembar berarti tanggal
berdirinya IPSI adalah 18 Mei 1948. Sayap 18 lembar, terdiri dari 17+1 berarti
IPSI dengan semangat Proklamasi Kemerdekaan berssatu membangun negara

Untaian lima lingkaran : melambangkan bahwa IPSI melalui olahraga merupakan ikatan peri
kemanusiaan antara pelbagai aliran dengan memegang teguh asas kekeluargaan,
persaudaraan dan kegotong royongan

Ikatan pita berwarna merah

Putih : bahwa IPSI merupakan suatu ikatan pemersatu dari pelbagai aliran Pencak
Silat, yang menjadi hasil budaya yang kokoh karena dilandasi oleh rasa
berbangsa, berbahasa dan bertanah air Indonesia.

Gambar tangan putih

di dalam Dasar hijau : menggambarkan bahwa IPSI membantu negara dalam bidang ketahanan
nasional melalui pembinaan mental/fisik agar kader-kader IPSI berkepribadian
nasional serta berbadan sehat, kuat dan tegap.

www.silatindonesia.com

18 Mei 2011, Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) genap berusia 63 tahun.

Seperti apa perkembangan IPSI dari dulu hingga kini ?

saya coba copy-pastekan tulisan dari Pak Suprapto di sahabat silat .com

1. Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, akibat agresi belanda, resminya sejak 4 Januari 1946 sampai 27 Desember 1949, Pemerintah RI mengungsi ke Yogyakarta dan Bukittinggi. Sementara Jakarta dan Bandung/Jabar diduduki Belanda. (diduga menjadi faktor kesulitan, mengapa tidak banyak tokoh silat Jabar yg ikut deklarasi pendirian IPSI dan Kongres I IPSI). Pasukan Siliwangi menjadi kekuatan utama Pemerintah RI di Yogyakarta.

2. Para tokoh pencak silat (pencak, istilah umum dipakai di Jateng-Jatim, silat/silek, istilah yg biasa dipakai di Sumbar, digabung menjadi kata majemuk ‘pencak silat’), memprakarsai terbentuknya Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPPPSI).
Pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, para tokoh pencak silat melalui PPPPSI, mendeklarasikan berdirinya IPSI, dan menunjuk Mr. Wongsonegoro sebagai Ketua Umum. Konggres I IPSI yang tidak lama diselenggarakan setelah deklarasi, mengukuhkan Mr.Wongsonegoro sebagai Ketua Umum PB IPSI, yang bekedudukan di ibukota RI saat itu, Yogyakarta.

3. Menyesuaikan kembalinya pusat Pemerintahan RI ke Jakarta pada 1950, PB IPSI ikut pindah dari Yogyakarta ke Jakarta (sebagian personil).

4. Selain mempersatukan kekuatan pejuang persilatan, IPSI juga memandang perjuangan melalui olahraga dan pendidikan pencak silat, mempunyai peran besar dalam mempersatukan dan meningkatkan harkat dan harga diri bangsa.

5. Dipicu pemberontakan DI/TII SM Kartosoewiryo, maka Panglima Territorium III, Kolonel RA Kosasih (terakhir Let Jend TNI), dibantu kolonel Hidayat dan kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia). Membangun kekuatan teritorial masyarakat melalui pembinaan dengan titik berat pada seni pertunjukan tradisional Ibing Penca dan beladiri pencak silat, guna melawan DI/TII yang beroperasi di Jawa Tengah bagian barat, Jawa Barat, Jakarta, sampai Lampung.
Belakangan, terjadi dualisme pembinaan pencak silat di Jabar dan Jakarta. Masing masing, IPSI, PPSI dan BAPENSI, bersaing masuk acara PON.

6. Dari catatan sejarah perjuangan olahraga/induk olahraga:
a. 1950, ada KOI (pimpinan Sultan HB IX) dan PORI (pimpinan Widodo Sosrodiningrat).
b. 1951, PORI melebur ke KOI.
c. 1960, menjadi KOGOR (Komando/komite Gerakan Olah Raga).
d. 1962, dibentuk Departemen Olah Raga/DEPORA, dengan Menteri Maladi.
e. 1964, menjelang Asian Games IV, menjadi DORI (Dewan Olah Raga Indonesia) dipimpin ex officio oleh Presiden Soekarno dan Menteri Olah Raga, Maladi.
f. 25 Desember 1965, IPSI ikut mendirikan Sekretariat Bersama Top Organisasi Cabang Olah Raga. Yang kemudian mengusulkan mengganti DORI menjadi KONI.
g. 31 Desember 1966, IPSI ikut menjadi pendiri KONI, organisasi independen non politik, dengan Ketum Sri Sultan HB IX.

7. Pada era 1960 an, PB IPSI membentuk laboratorium pencak silat, untuk menyusun aturan baku yang memenuhi kriteria pertandingan olahraga.
Para laboran adalah bp. Arnowo Adjie dari Kelatnas Perisai Diri, Januarno dan Imam Suyitno dari PSHT, bp. Hadimulyo, Dr. Rachmadi dan Dr. Djoko Waspodo dari KPS Nusantara.
Hasil laboratorium ini mulai di ujicoba pada th 1969. Dipertandingkan pertamakali pada PON VIII th 1973 di Jakarta.

8. Menjelang Konggres IV IPSI 1973, dicari calon Ketua Umum PB IPSI untuk menggantikan Mr. Wongsonegoro yang sudah sepuh.
Didapatlah seorang kandidat, yaitu Gubernur DKI Jakarta, Brigjen TNI Tjokropranolo (terakhir berpangkat Let Jend). Diselenggarakan seminar2/diskusi dengan berbagai pihak di Tugu, Bogor, untuk langkah2 pembinaan kedepan. Antara lain dirumuskan aspek2 dalam pencak silat, yaitu Seni, Beladiri, Olahraga dan Kebatinan/Spiritual, sebagai jalur pembinaan lengkap.
Bp Tjokropranolo/bang Nolly, yang memiliki garis keturunan dari pendekar pencak Jawa, Gagak Handoko, dibantu sepenuhnya oleh tokoh2 perguruan:

a. Tapak Suci : bp Haryadi Mawardi, bp Tanamas.
b. KPS Nusantara : bp Hadimulyo, Sumarnohadi, Dr.Rachmadi, Dr. Djoko Waspodo.
c. Kelatnas Perisai Diri : bp Arnowo Adjie HK.
d. Pashadja Mataram: bp KRT Soetardjonegoro.
e. PerPI Harimurti: bp. Sukowinadi.
f. Perisai Putih: bp Maramis, bp Runtu, Sutedjo dan Himantoro.
g. Putra Betawi: bp. H.Saali.
h. Persaudaraan Setia Hati/PSH: Mariyun Sudirohadiprodjo, Mashadi, Harsoyo, HM Zain.
i. Persaudaraan Setia Hati Terate/PSHT: bp Januarno, Imam Suyitno, Laksma Pamuji.

Menyusun rancangan, langkah strategis untuk mengembangkan pencak silat kedepan.

9. Kebetulan bang Nolly dan para pendiri PPSI adalah satu korps, Corps Polisi Militer/CPM. Pembicaraan untuk mempersatukan menjadi lebih lancar. Dimulai dengan Sekretariat Bersama IPSI-PPSI di Stadion Utama Senayan, dilanjutkan dengan pernyataan yang disampaikan Ketua Harian PPSI, bp. H.SUHARI SAPARI di Konggres IV IPSI 1973, bahwa PPSI bergabung di IPSI, seluruh anggota PPSI otomatis menjadi anggota IPSI.
Konggres juga menetapkan Tjokropranolo sebagai Ketua Umum PB IPSI menggantikan Mr Wongsonegoro.

10. Oleh Tjokropranolo/ PB IPSI, maka PPSI dan 9 perguruan tersebut, atas peran jasanya dalam “era baru” IPSI, ditetapkan sebagai perguruan tingkat pusat, dengan hak istimewa, dibebaskan dari syarat umum untuk menjadi anggota tingkat pusat.
Dimasa bp Eddie M Nalapraya, kemudian disebut sebagai perguruan historis IPSI.

11. Atas saran presiden, untuk mengenalkan pendidikan pencaksilat di sekolah2, agar dimulai dengan olahraga rekreasi/kesehatan massal, dengan menyusun SPI (senam pagi Indonesia), dengan memasukkan unsur2 gerakan pencak silat.
Adapun kurikulum pelajaran pencak silat di sekolah, dengan penyusun bp Mariyun cs, kurang diterima perguruan2 didaerah. Dilain pihak perguruan2 juga belum berhasil menyusun silabus kurikulum sendiri. Sehingga program kurikulum pencak silat di sekolah menjadi kandas. Kedepan hanya bisa dilaksanakan dengan berbasis perguruan.

12. Bang Nolly mulai merintis diplomasi untuk mendirikan PERSILAT. Mendorong terbentuknya Pengda dan Pengcab IPSI diseluruh Indonesia.

13. Berganti kemasa bp Eddie M Nalapraya. Aspek2 lengkap mulai dikembangkan. Ada workshop2 untuk pengembangan pencak silat seni dll. Didukung pendanaan yang powerfull dari Bambang Tri, Prabowo Subianto, Rossano Barack dan terakhir Rachmat Gobel.

14. Pada Konggres/MUNAS XII IPSI 2007, ditetapkan lima perguruan yang memenuhi syarat menjadi anggota tingkat pusat kategori biasa, yaitu, Persinas ASAD, Kalimasada, PSTD Indonesia, Satria Muda Indonesi dan Betako Merpati Putih.
Demikian.

Dalam tiap tahap tentu ada kisah panjang lebar. Silahkan teman2 melengkapi.
Titik berat konsep pembinaan ala 1973 tentu harus ada penyesuaian dengan tuntutan jaman. Khususnya bagaimana membina pencak silat tradisional yang mengakar pada budaya nusantara.
Perlu pembaruan pemikiran dan strategi.

ref:
sahabat silat

Lumayan Buat Pemula

hasil Yang Sungguh Menggembirakan..
Dalam Event OOSN kabupaten Kubu Raya Prestasi Anak2 Cuyusika.
1. Gatot(E) Putra : Emas (SMA)/Rasau Jaya
2. Sauma(E) Putri : Emas (SMA)/ Air Putih
3. Indah (E) Putr : Perak (SMA)/Rasau Jaya
4. Vigqi (B) Putr : Perak (SMA) Rasau Jaya
5. Ika (Seni) Putr : Perak (SMA) Rasau jaya
6. Moucy(Seni) Putr : Perunggu (SLTP) Rasau Jaya

Semoga Kedepannya Makin Berkembang...
Sayang ada bakat2 lain yang gak losos Administrasi

tapi ini sungguh sudah sangat membanggakan...
terimakasih kawan atas usahanya

Rabu, 23 Maret 2011

Sparing Partner

Cuyusika Vs Tapak Suci
Tapak Suci Vs Kera Sakti

Mudah2an Menghasilkan Yang positif
Dan Terus Terjalin Persahabatan di antara kita..
Amin...
mari sama-sama kita majukan persilatan di Bumi Rasau Jaya...

Jumat, 18 Maret 2011

Persilatan Rasau Mulai Menggeliat

Alhamdulillah Persilatan Rasau Kembali menggeliat seperti Beberapa Tahun Lalu. saya masih ingat sewaktu saya SMA ada Kurang Lebih 5 Perguruan ada Di Rasau Aktif
PSHT
Cuyusika
Kera Sakti
Merpati Putih
Tapak Suci
Macan Putih

Tapi dengan perkembangan Tren...
satu persatu beberapa Perguruan mulai vakum..
Mungkin mulai tren tehnologi

tapi gak boleh menyalahkan Tren...
justru kita sebagai para pesilat harus bisa menyesuaikan Tren..

mungkin Juga Jargon PENDEKAR sudah Usang lagi sekarang dibawa untuk daya tarik menjadi pesilat. karena Hukum saat ini yang berbicara, sekali tonjok denda ratusan bahkan jutaan rupiah. jadi kurang menarik lagi predikat Pendekar itu, Karena Hukum yang bicara.

Alhamdulillah ....
Setelah vakum beberapa tahun belakangan, kawan-kawan pesilat mulai bersemangat kembali untuk mengembangkan persilatan di Rasau jaya. kemungkinan Prestasi yang jadi motivasi kita bersama. Memang semenjak didirikannya IPSI Cab Kuburaya Kesempatan memperoleh prestasi sangat terbuka lebar, berbeda dengan sewaktu saya sekolah dulu, biar samapi jontor-jontor gak ada memperhatikan.

Mudah-mudahan kita bisa bahu membahu untuk membawa nama rasau jaya ke dunia luar melalui SILAT.

Aminn...
Tetap semangat kawan-kawan PESILAT